![]() |
dokumentasi pribadi |
Materi diawali dengan satu quotes dari Bu Septi Peni Wulandari yang sukses membuat aku berpikir ulang tentang semua proses belajar yang pernah aku lalui. "Bahagia itu...", Kata Bu Septi, "Bukan segala sesuatu berjalan baik, melainkan bagaimana kita merespon segala kejadian dalam hidup dengan mindset yang baik." Jleb. Hati kecilku merenung dengan ungkapan ini. Semua proses belajar yang kulalui langsung terbayang dalam benak. Apakah aku sudah merasa bahagia dalam mencari ilmu? Apakah aku menikmati semua proses belajar? Apakah aku sepenuh hati dalam mengerjakan tugas? Hmm...sepertinya aku melupakan definisi bahagia dalam proses belajarku selama ini.
Yap, seingatku, bahagiaku terjadi saat di awal pembelajaran saja. Semangat di awal, namun menurun di pertengahan hingga ujung. Apalagi jika ada tugas yang harus diselesaikan. Aku seringkali memandangnya sebagai beban, bukan sumber kebahagiaan. Seringkali manajemen yang kurang baik juga membuat aku menunda mengerjakan tugas sehingga tugas yang kubuat hasilnya kurang maksimal. Aku juga sering overthinking saat mengerjakan tugas, mudah sekali tedistrak dan kurang fokus dan ditambah lagi aku baru tenang jika mengerjakan tugas di malam hari, saat semua orang sudah tertidur lelap. Ternyata Inilah salah satu masalahku yang ingin kuubah dengan mengikuti IP ini.
Lalu, bagaimana agar proses belajarku kini berlangsung bahagia? "Bahagia itu diciptakan, bukan ditunggu." Itulah kata kunci yang kudapat dari materi pembelajaran semalam. Kuncinya di mindset. Itu dulu yang pertama harus diupayakan. Untuk mencapai itu semua, maka di IP ini sistem pembelajarannya menggunakan gamifikasi, supaya semua mahasiswa bisa menikmati proses belajar dan tugas kuliah sebagai tantangan seru yang harus ditaklukkan. Bukan sebagai beban seperti yang biasa ku pikirkan. Dan aku memutuskan untuk "punya mindset bahagia dalam menjalani proses kuliah di IP ini". Akan kuulang-ulang pernyataan ini sebagai afirmasi positif untuk mencapai kebahagiaan belajar.
Lalu apa hubungan antara bahagia dan critical thinking? Aku menarik kesimpulan bahwa di antara keduanya ada hubungan yang saling melengkapi. Ketika kita bahagia emosi kita akan stabil. Jiwa kita tenang. Dan itu akan membuat bagian otak yang bernama pre frontal cortex (PFC) bekerja dengan optimal sehingga mampu mengaktifkan logika kita secara baik dan mendorong otak berpikir kritis dan mengambil keputusan dengan tepat.
Jika kondisi yang tidak menyenangkan terjadi, berpikir kritis akan membantu meningkatkan kebahagiaan. Bagaimana caranya? Pertama analisis dulu kondisi yang sedang dialami baik secara emosi (meliputi nadi, nafas, tanda syaraf otonom) maupun secara rasa (meliputi lapar, haus). Setelah itu, beri jeda dan jangan reaktif atas apa yang kita rasakan. Jika sudah maka analisis dengan pertanyaan 5w + 1H dan aspek critical thinking yakni 3B. Apakah sesuatu yang terjadi itu benar, baik, dan bermanfaat buat kita. Dengan begitu, keputusan tindakan yang kita ambil akan mendatangkan solusi dan membawa kebahagiaan untuk kita.
Setelah mempelajari materi, aku diberi tantangan untuk menentukan bekal apa yang harus dipersiapkan agar pembelajaran terasa bahagia. Untuk mendapatkan bekal yang tepat, pertama aku menganalisis dahulu kondisi diri yang ada padaku. Beberapa hal sudah dijelaskan di paragraf ketiga tulisanku dan selebihnya bisa dilihat pada foto yang ada di atas tulisan ini. Kondisi yang aku highlight dalam hal ini adalah sebagai berikut :
1. Introvert
2. Suka bekerja saat deadline
3. Mudah terdistrak
4. Kurang fokus
5. Tipe bekerja di malam hari saat suasana tenang.
Kondisi di atas aku analisis dengan Code of Conduct (CoC) -yakni pedoman berprilaku di IP- yang sudah di pelajari di materi sebelumnya. Dari sana aku bisa tahu bahwa kondisi diri nomor 2,3 dan 4 masih belum sesuai dengan CoC. Maka, dengan mempersiapkan bekal yang baik aku berharap aku bisa menghilangkan kondisi diri yang belum ideal sehingga bisa mewujudkan diri sebagai ibu profesional.
Setelah mengenali diri, lanjut mengenali tantangan yang ada di IP. Beberapa hal yang kurasa akan jadi tantangan adalah sebagai berikut :
1. Harus menuntaskan misi dengan happy.
2. Harus memenuhi panduan CoC
3. Harus interaksi dengan banyak orang di grup
4. Banyak agenda bagus sehingga butuh skala prioritas
5. Berusaha profesional dalam mengemban semua kegiatan
Dengan mengenali diri dan tantangan yang akan dihadapi di IP maka bekal perjalanan yang akan dibawa adalah
1. Bekal mental --> meliputi niat kuat, konsisten, optimis, dan disiplin waktu
2. Bekal fisik --> meliputi kondisi sehat dan bugar
3. Bekal support --> meliputi izin suami dan komunikasi dengan anak anak
4. Bekal ilmu --> meliputi referensi digital, buku, maupun dari ahli.
Jika dianalisis dengan aspek critical thinking semua bekal tersebut meliputi 3 aspek yakni baik karena ini akan membantu menjalani pembelajaran dengan baik dan maksimal. Benar, karena jika semua bekal dimaksimalkan akan mendukung kesuksesan belajar. Bermanfaat, karena semua adalah hal positif yang bermanfaat baik bagi jangka pendek maupun jangka menengah. Selain itu, bekal ini juga sesuai dengan pedoman CoC Ibu Profesional.
Semoga aku bisa memakai semua bekal dengan baik dan perlahan berproses menuju ibu profesional. Aamiin.
#Zona1
#PenjelajahPelabuhanSamuderaAmarta
#Matrikulasi10
#InstitutIbuProfesional
#IbuprofesioanforIndonesia
#ip4id2022
#womenincooLABoration
Tidak ada komentar:
Posting Komentar