Sabtu, 19 Maret 2011

Kisah Utsman bin Affan




Utsman bin Affan adalah Khalifah ketiga setelah Khalifah Abu Bakar dan Umar bin Khattab. Beliau merupakan sosok pemimpin yang paling lama menjabat diantara Khulafaur Rasyidin lainnya. Proses pemilihan Utsman berbeda dengan kedua pendahulunya, yaitu Abu Bakar dan Umar. Jika keduanya ditunjuk oleh pemimpin sebelumnya beberapa saat sebelum meninggal, Utsman dipilih melalui proses musyawarah. Musyawarah dilaksanakan oleh enam orang sahabat yang ditunjuk oleh Umar sebelum beliau meninggal.  Anggota dewan syuro tersebut adalah Ali bin Abu Thalib, Utsman bin Affan, Abdurrahman bin auf, Thalhah bin Ubaidillah, Zubair bin Awwam, da Sa'ad bin Abi Waqqash. 
  
Dari enam kandidat, akhirnya dikerucutkan menjadi tiga orang kandidat saja. yaitu Abdurrahman bin Auf yang diberi kuasa oleh Sa'ad, Ali bin Abi Thalib oleh Zubair bin Awwam, dan Utsman oleh Thalhah bin Ubaidillah. Namun, Abdurrahman bin Auf melepaskan haknya sebagai kandidat khalifah sehingga tersisa dua orang kandidat saja, yaitu Utsman dan Ali. Proses musyawarah berlangsung di antara ke enam anggota majelis syuro. Di hadapan majelis syuro, kedua kandidat yaitu Ali dan Utsman, memberikan khutbah yang menyebutkan tentang keistimewaan mereka dan berjanji jika mendapat jabatan tersebut tidak akan menyimpang dan jika ternyata tidak, maka ia akan mendengar dan menaati orang yang diangkat.

Abdurrahman bin Auf meminta janji kepada Utsman dan Ali agar siapapun yang yang kelak terpilih, masing-masing harus mendengar dan menaati orang yang diangkat. Setelah itu, Abdurrahman membai’at Utsman bin Affan sebagai khalifah. Ali dan penduduk kaum muslimin lain membai’at Utsman secara bergantian.[1]


Kepemimpinan Utsman bin Affan

Gaya kepemimpinan Utsman bin Affan sangat berbeda dengan kepemimpinan Umar bin Khatab. Terutama dalam pengelolaan Baitul Mal. Pendirian khalifah ketiga ini terhadap harta kekayaan agak berbeda dengan Umar bin Khatab. Walau demikian Umar dan Utsman bersepakat bahwa kekayaan akan membahayakan bagi kaum muslimin yang akan berjihad membela agama islam. Namun cara yang ditempuh oleh keduanya amat berbeda. Cara yang ditempuh Umar adalah memadamkan kehendak umat muslim untuk  bersenang-senang dengan harta kekayaan. Jika ada pembesar atau pejabat yang bermewah-mewahan akan langsung dipecat dan disingkirkan dari jabatannya. Tujuannya adalah agar kaum muslimin menemukan keteladanan pada pribadi pemmimpin mereka.

Namun khalifah Utsman berpendirian bahwa harta diciptakan untuk mempermudah dan memperlancar kehidupan, yakni selama harta tersebut halal dan ia diperbolehkan menikmatinya. Utsman mempersilakan kaum muslimin untuk menggunakannya. Dengan demikian Utsman tidak memecat jika ada gubernur yang hidup mewah.[2]


Hal-hal penting yang terjadi di masa pemerintahan Utsman bin Affan

  1. Penyusunan Mushaf Utsmani
Hal ini merupakan salah satu jasa khalifah Itsman yang sangat besar.  Dan ini merupakan kebaikan  yang sangat agung pada sat itu Huzaifah bin al Yaman ikut serta dalam beberapa peperangan. Pada mpasukan tersebut berkumpul orang-orang Syam yang mengambil bacaan dari Qiraah al Miqdad bin al Aswad dan Abu Darda pada sekeelompok penduduk Iraq yang mengambil bacaan dari Qira’ah Abdullah bin Mas’ud dan Abu Musa.  Bagi yang tidak mengetahui bahwa al quran diturunkan dengan tujuh bacaan, mengutamakan bacaannya dari pada bacaan yang lain bahkan terkadang menyalahkan bacaan yang lain atau sampai pada pengkafiran. Hal itu menyebabkan perselisihan dan ucapan jelek di kalangan masyarakat.
Berdasarkan hal itu Utsman bin Affan bermusyawarah dengan para sahabat. Ia berpendapat bahwa al-Quran harus ditulis dengan satu Qira’ah (bacaan) dan menyatukan seluruh daerah pada satu bacaan saja untuk menghentikan perselisihan dan menghindari perpecahan.
Lantas Utsman mnyuruh Zaid bin Tsabit untuk enulis mushaf dengan berdasarkan mushaf yang dulu dipakai Abu Bakar Ass Shiddiq. Beliau memerintahkan jika ada perbedaan pendapat mengenai penulisan maka tulislah dengan sesuai dengan bahasa Arab Quraisy.
Mushaf yang telah  ditulis dikirimkan ke penduduk Syam, Mesir, Bashrah, Kufah, Makkah, Yaman,  dan Madinah. Mushaf-mushaf ini terkenal dengan nama Utsmaniyah karena ditulis pada zaman pemerintahan beliau.[3]

  1. Pemberontakan pada tahun-tahun pertama pemerintahan
Di masa ini terjadi pemberontakan dari berbagai daerah. Golongan pembangkang mengobarkan api pemberontakan sehingga perlawanan muncul di daerah yang luas dan berjauhan letaknya.
Khalifah berkewajiban untuk memadamkan api pemberontakan tersebut. Utsman memilih sendiri panglima ang akan melakukan tugas pembebasan daerah yang bergejoolak. Karena semangat dan kebijaksanaannya menumpas pemberontakan, banyak daerah yang akhirnya mengakui kedaulatan islam. Penaklukan demi penaklukan terjadi. Diantaranya adalah penaklukan Azarbaijan dan Armenia (24 H), Raiy (24 H), Istakhar (27), Thabarista (30 H), Marwu ar Rudz, Thalaqan, Fargaab, Jurjan, dan Thukharistan (31)[4]

  1. Ekspansi militer ke daerah Syam dan Maghrib
·         Perang Romawi pada tahun 24 H
Saat itu romawi memperkuat pasukannya sehingga membuat penduduk Syam mereasa takut. Utsman bin Affan  mengeirim surat pada Walid bin Uqbah untuk memmbentuk pasukan dan menunjuk panglima. Diangkatlah Habib bin Maslamah al Fikri intuk menjadi panglima yang memilih tidak lebih dari  sepuluh orang ribu pasukan. Pasukan di bawah komando Habib menghadapi tentara Romawi dan Turki yang berkekuatan delapan puluh ribu prajurit. Kemenangan diraih oleh pihak islam. Selain kemenangan p asukan menjelajahi negeri Romawi dan membebaskan benteng-benteng tinggi disana, diiringi dengan pembebasan pintu-pintu keislaman dan kebebasan bagi amsyarakat luas yang telah lama menanti saat-saat itu.
·         Penaklukan Iskandariah  pada tahun 25 H
Penduduk iskandariah melanggar penjanjina damai pada tahun tersebut. Sebabnya karena raja Romawi memngirimkan kepada mereka alat pelempar batu melalui transportasi lauit sehingga mereka sangat menginginkan kemenangan dan melanggar perjanjian tersebut. Maka pasukan Amr bin Ash datang menggempur mereka sehingga Iskandariyah dapat dikuasai kembali dengan perjanjian damai.
·         Pertempuran Afrika pada tahun 27 H
Pasukan di bawah panglima Abdulllah bin Sa’ad bin Abi Sarh menaklukkan Negara Afrika. Pihak musuh banyak menderita kekalahan. Kemudian mereka sepakat untuk taat dan memeluk islam.
·         Pertempuran Andalusia pada tahun 27 H
tatkala Afrika sudah ditaklukkan, Utsman bin Affan mengirim perintah kepada Abdulllah bin Nafi’ bin Qais dan Abdullah bin Nafi; bin al Hushain agar segera ke Andalusia menuju jalan laut. Kemudian pasukan bergerak menuju Andalusia dan berhasil menaklukkannya.\
·         Penaklukkan kota Cyprus pada tahun 28 H
Negeri ini ditaklukkan oleh pasukan kaum muslimin yang berkekuatan besar di bawah pimpinan Mu’awiyah bin Abu Sufyan yang bergerak menggunakan kapal. Pasukan ini meupakan armada yang pertama dalam sejarah islam.
·         Pertempuran Dzatush Sahawary pada tahun 31 H
Pertempuran ini di bawah pimpinan Abdullah bin Saad. Pertempuran ini berlangsung di samudera dengan mengandalkan kekuatan armada kaum muslimin.
·         Invasi negeri Romawi pada tahun 33 H
Mu’awiyah menggempur Negara romawi sehingga wilayah kekuasaannya menjadi kecil hanya di daerah Konstantinopel.[5]


Pemerintahan Utsman
Di akhir masa pemerintahan Utsman, terjadi beberapa gejolak besar. Salah satunya adalah fitnah yang dilayangkan orang-orang yang benci kepada pemerintahan Utsman. Tokoh yang menyebarkan fitnah tersebut adalah Ibnu Saba’. Ia meniup dan menyalakan api fitnah ke seluruh penjuru Negara islam. Mula-mula ia pergi ke Baghdad lalu ke Kufah, kemudian ke Syam dan setelah itu ke Mesir.  Selama perjalanannya dia menyuruh kalangan kaum muslim yang membelanya untuk ikut menyebarkan berita ini ke mana-mana[6]. Isi dari propagandanya adalah setiap nabi memiliki seorang mandataris dan Ali adalah penerima wasit Nabi Muhammad yang juga penutup para penerima wasiat, seperti Muhammad yang juga penutup para nabi. Dengan demikian Utsman telah mengambil kedudukan khalifah dan Ali sebagai waris karib Rasulullah secara tidak sah[7].

Selain fitnah yang terjadi, adanya pemberontakan yang muncul sebagai akibat dari ketidaksenangan sekelompok kaum muslimin atas kebijakan-kebijakan politik yang dilakukan oleh Utsman dan para pejabatnya. Utsman dianggap menggunakan system familisme dalam pengangkatan gubernur serta memecat beberapa tokoh besar dari  kalangan sahabat dari jabatan tersebut[8].
Dalam menangani gejolak dan pemberontakan yang terjadi di masa pemerintahannya, Utsman bin Affan meanganinya dengan cara :
  1. beliau mengumpulkan dewan syura dari kalangan sahabat dan meminta pendapat mereka tentang kebijakan apa yang seharusnya diambil dalam menangani pemberontakan yang mundul di beberapa daerah dan hasilnya disosialisaikan oleh Utsman.
  2. beliau mengutus beberapa orang untuk menyelidiki kejadian yang sebenarnya dan meneliti akar permasalahan. Kemudian delegasi tersebut kembali dengan tidak mendapatkan  sebab yang hakiki dan ternyata pegolakan itu hanya isu belaka.
  3. beliau meminta para guberbur agar berkumpul di Madinah kemdian mendiskusikan sebab permasalahan dan beliau mengarahkan mereka semua agar selalu berbuat baik terhadap rakyat dan menghindari semua sebab munculnya pergolakan dan perselisihan.
  4. memerintahkan para gubernur agar tidak memberikan tindakan ayng keras kepada para perusuh atau memenjarakan dan membunuh mereka. Mudah-mudahan dengan sekap yang lembut ini dapat meredakan pergolakan.
  5. menegakkan hujjah terhadap para pelaku pemberontakan dengan memberikan bantahan terhadap dakwaan-dakwaan danmembeberkan segala kekeliruan mereka.
  6. mengabulkan beberapa pertukaran gubernur dengan gubernur yang mereka inginkan.[9]

Dengan adanya pembelaan Utsman yang seperti itu , tetap belum bisa memadamkan api pergolakan yang terjadi. Bahkan kaum pemberontak semakin menjadi dan melakukan pengepungan ke rumah Utsman. Disanalah krisis  yang genting benar-benar terjadi. Mereka melakukan pengepungan lantaran mandapati fitnah selanjutnya yang ditujuakan kepada Utsman bin affan. Sebelumnya mereka bertemu dengan seorng laki-laki yang dikirim Oleh Marwan untuk menyampaikan surat yang berisi perintah kepada gubernur untuk membunuh dan menyalib mereka.

Demikian keji fitnah tersebut sehingga membuat para pemberontak hilang kendali dan mengajukan dua pilihan kepada Utsman. Mengundurkan diri atau dibunuh.
Para sahabat berusaha untuk bermusyawarah dan memadamkan api fitnah terhadap Utsman. Namun, pemberontak tak mundur, melainkan hanya menunggu waktu pengepungan hingga genap 40 hari mereka mengepung rumah Utsman.

Dalam bukunya Muhammad Husain haekal menceritakan peristiwa terbunuhnya Utsman sebagai berikut:
Disebutkan bahwa pengepungan itu berlangsung selama40 hari. Sekali-kali Utsman mengingatkan kaum pemberontak itu akan bahaya fitnah dan menyebutkan beberapa ayat al_Quran . tetapi mereka tidak menghiraukannya. Sementara dalam keadaan yang semacam itu, tiba-tibaseorang laki-laki dari sahabat bernama Nisyar bin Iyad al salami memintanya agar mengundurkan diri. Oleh Kusayyir bin Salat al Kindi, salah seorang pembela Utsman, orang itu dibidiknya dengan anak panah dan mengenai sasaran. Ia pun menemui ajalnya. Kaum pemberontak meminta kepada Utsman menyerahkan pembunuh Niyar untuk dibunuh juga, tetapi Utsman tidak mau menyerahkan dengan mengatakan, “Saya tidak akan membunuh orang yang membela saya, sementara kalian akan membunuhku.”
Tak lama kemudian para pemberontak itu maju menyerang rumah Utsman, membakar pintu dan berandanya. Sahabat-sahabat Utsman menyerang mereka dan merintangi mereka ke rumah itu. Maka terjadilah petempuran sengit antara kedua pihak. Tidak sedikit sahabat-sahabatnya Utsman yang terbunuh dan mengalami luka-luka. Tidak cukup begitu, kaum pemberontak itu memanjati rumah Utsman melalui rumah Amr bin Hazm al Ansari. Muhammad bin Abu Bakar maju dan memegang janggut Utsman sambil berkata, “Hai Na’sal[10], Allah telah menghinamu.
Melihat perbuatannya itu Utsman mersa jijik, “Saya bukan Na’sal,” kata Utsman, “tetapi saya hamba Allah Amirul Mu’minin.” Tetapi Muhammad bin Abu Bakr terus merenggut janggut Utsman seraya berkata: “Mu’awiyah tak akan dapat menolong Anda, begitu juga Abdullahbin Amir dan surat-suratmu itu!”
“Kemenakanku, lepaskanlah janggutku,” Kata Usman. “Ayahmu pun tidak akan memperlakukan aku seperti yang kau lakukan ini.”
“kalau aayahku melihat perbuatan anda ini ia akan setuju,” Kata Muhammad bin Abu Bakr. “Saya tidak ingin menggenggam janggutmu lebih keras lagi.” Tetapi Usman menjawab dengan sabar dan tabah: “Atas perbuatanmu ini saya meminta pertolongan Allah dan kepadaNya aku berlindung.”
Ketika itu Muhammad bin Abu Bakr menetak mukanya dengan anak panah bermata lebar. Kemudian Kinanah bin Bisyir mengangkat anak panah serupa dan menghunjamkannya ke pangkal telinga Usman sampai tembus ke tenggorokan, lalu menghantamnya dengan pedang. Usman bermaksud hendak menangkis pedang itu dengan tangannya sampai tangannya putus. Begitu juga dengan istrinya Na’ilah, jarinya terputus ketika ia menelungkup kepada suaminya hendak mengambil pedang itu dengan tangannya. Sekarang, Saudan bin Hamran al Muradi menghantam Usman di bagian rusuknya sehingga ia jatuh tersungkur. Peristiwa iini terjadi pada hari Jumat 18 Zulhijah tahun 35 H. ketika itu orang-orang awam berdatangan dan merampok rumah dan baitulmal.[11]


Begitulah kisah Utsman bin Affan semasa hidup memimpin negeri islam dan menjadi khalifah hingga kematian menjemputkan dengan cara yang mengenaskan. Masa pemerintahannya yang berlangsung selama 12 tahun telah memberikan banyak pelajaran bagi kaum muslimin mengenai bagamana menjalankan roda pemerintahan dengan baik.


Selamat Jalan wahai Amirul Mu'minin....



Wassalam
Acelya Kencana Puri

Referensi

[1] Ibnu Katsir, Perjalanan Empat Khalifah Rasul yang Agung Abu Bakar, Umar, Utsman dan Ali (Jakarta: Darul Haq, 2009), h. 337-339
[2] Khalid Muhammad Khalid, Mengenal Pola Kepemimpinan Umat dari Karakteristik Perihidup Khalifah Rasulullah, Cetakan ke-4 (Bandung: CV Dipenogoro, 1992), h. 333-334.
[3] Ibnu Katsir, Perjalanan Empat Khalifah Rasul yang Agung Abu Bakar, Umar, Utsman dan Ali (Jakarta: Darul Haq, 2009), h. 349-350.
[4] Ibnu Katsir, Perjalanan Empat Khalifah Rasul yang Agung Abu Bakar, Umar, Utsman dan Ali (Jakarta: Darul Haq, 2009), h. 359-364.
[5] Ibnu Katsir, Perjalanan Empat Khalifah Rasul yang Agung Abu Bakar, Umar, Utsman dan Ali (Jakarta: Darul Haq, 2009), h. 365-370.
[6] Khalid Muhammad Khalid, Mengenal Pola Kepemimpinan Umat dari Karakteristik Perihidup Khalifah Rasulullah, Cetakan ke-4 (Bandung: CV Dipenogoro, 1992), h. 364
[7] Muhammad Husain Haekal, Usman bin Affan, Antara Kekhalifahan dengan  Kerajaan, cetakan kelima, (Jakarta: Litera Antar Nusa, 2007), h. 131.
[8] Ibnu Katsir, Perjalanan Empat Khalifah Rasul yang Agung Abu Bakar, Umar, Utsman dan Ali (Jakarta: Darul Haq, 2009), h. 374-375.
[9] Ibnu Katsir, Perjalanan Empat Khalifah Rasul yang Agung Abu Bakar, Umar, Utsman dan Ali (Jakarta: Darul Haq, 2009), h. 377.
[10] Na’sal ini orang Yahidu penduduk Madinah yang mirip dengan sosok Utsman, tinggi dan janggutnya yang lebat.
[11] Muhammad Husain Haekal, Usman bin Affan, Antara Kekhalifahan dengan  Kerajaan, cetakan kelima, (Jakarta: Litera Antar Nusa, 2007), h. 142-144.

Kamis, 10 Maret 2011

Tersenyumlah cinta.....


Tetaplah tersenyum walau hati menyimpan duka..
Senyuman akan menghapus lara
dan menggantinya dengan kebesaran hati yang menyelimuti relung jiwa.. :)
Tetap tersenyum dan berusaha tersenyum....
tersenyumlah cinta... :D