Tersenyumlah Cinta
Sang Maha Pencinta kan selalu tersenyum... pada orang-orang yang saling mencintai karenaNya...
Sabtu, 27 April 2024
Notulensi Kajian OTS
Sabtu, 23 Maret 2024
Perjalanan Belajar
Salah satu kegiatan yang paling aku nikmati dalam hidup adalah belajar. Terutama di kelas talaqqi bersama para guru yang bacaannya luar biasa terjaga. Salam satu kelas yang aku ikuti adalah Tahsin Dauma yang diadakan oleh yayasan Bil Qurani Nahya.
Tahsin Dauma aku ikuti secara online. Meskipun begitu faidah yang aku dapatkan amatlah besar. Setiap belajar, pasti aku mendapatkan banyak masukan untuk memperbaiki bacaanku. Pe-er huruf, sifat, ilmu tajwid yang harus aku tuntaskan selalu kucatat dalam jurnal talaqqiku. Dengan mencatat, aku jadi tahu, huruf apa yang harus lebih banyak diulang dan dilatih. Aku juga jadi tahu bagaimana perkembangan bacaanku dari satu sesi kelas ke kelas yang lainnya.
Perjalananku di Tahsin Dauma terbilang cukup lama. Di semester pertama aku berjumpa dengan Ustadzah Mariah Hafizhahullah. Beliau sosok yang ceria. Saat mengkoreksi bacaan, beliau selalu memotivasi dan membuat kami lebih semangat. Di kelas kami ada 5 peserta dan salah satunya ada seorang ibu yang usianya sudah lebih dari 50 tahun. Beliau paling semangat belajar dibandingkan kami yang muda muda ini. Beliau seringkali mengeluh kesulitan mengucapkan huruf, terutama huruf dhod. Penyebabnya adalah karena gigi gerahamnya sudah tidak ada. Sementara untuk mengucapkannya kita harus menempelkan tepi lidah ke gigi graham. Menyimak sang ibu bertalaqqi dengan Ustadzah Mariah sungguh membuat kami merasa tertampar. Malu dengan semangatnya, kesungguhannya, serta adabnya kepada guru yang sangat menawan. Maka, ketika kami mendengar berita bahwa beliau meninggal, beberapa bulan setelah mainterpisah kelas, hatiku sangat kaget dan menangis tersedu-sedu. Sedih rasanya kehilangan sahabat belajar yang sekaligus menjadi teladan. Bu Susi, semoga Allah izinkan engkau terus naik dari satu tingkatan ke tingkatan lain berbekal hafalan dan bacaan Al Qur'anmu. Aamiin.
Di semester selanjutnya, aku bertemu dengan Ustadzah Shovi Hafizhahullah. Masya Allah, saat pertama menyimak bacaan beliau, sungguh sangat menentramkan. Suaranya lembut, namun semua makhroj, sifat dan tajwidnya sangat jelas. Karakter beliau tegas, dan tak mudah menyerah untuk mengkoreksi bacaan kami. Jika ada yang salah, beliau tak ragu menghabiskan waktu lama melatih kami hingga ada perbaikan yang kami lakukan. Beliau tak segan menegur jika dirasa kami kurang semangat atau kurang berlatih sebelum belajar. Saat itu kesulitannku adalah nafas yang pendek karena sedang hamil besar. Berkali-kali hal itu menjadikan bacaanku penuh dengan koreksian. Namun, beliau terus sabar membimbingku. Suatu ketika teman-teman sekelas semua izin tidak masuk kelas, hingga hanya aku saja yang ada di ruangan zoom. Alhamdulillah, beliau bersedia menyimak bacaanku di sepanjang waktu pembelajaran. Kurang lebih 30 menit full aku disimak dan dikoreksi, serta diberi masehat. Sungguh saat-saat itu amat berkesan untukku. Rasanya aku tak ingin berpisah dari guru seperti beliau. Namun, peraturan lembaga membuat aku tak bisa kembali ikut kelas beliau di semester selanjutnya. Namun demikian, aku tetap berdoa agar kelas mendapat rezeki kembali mengikuti kelas beliau.
Tibalah di semester ketiga. Aku dibersamai dengan guru yang tak kalah luar biasa. Ustadzah Ilna Hafizhahullah, sosok yang tegas, namun saat talaqqi sangat lembut dan sabar memberikan contoh. 6 bulan dibimbing oleh beliau, banyak sekali koreksi yang kudapatkan. Saking telitiny beliau, di akhir bulan ke 5 kami diizinkan talaqqi sambil membuka kamera. Ternyata dengan begini kesalahan membaca kami semakin jelas terlihat. Kami pun jadi makin jelas melihat contoh bacaan yang baik dari Ustadzah. Alhamdulillah banyak sekali faedah yang didapatkan dari pembelajaran kami setiap pekannya.
Di akhir pembelajaran, ada ujian yang dilaksanakan sebanyak dua kali. Satu sesi oleh pengajar di kelas, dan satu sesi oleh penguji dari kelas lain. Alhamdulillah aku mendapatkan penguji yang pernah menjadi guru di semester sebelumnya. Saat ujian rasanya campur aduk. Antara bahagia bisa bertemu beliau lagi, tapi juga khawatir bacaanku tak ada peningkatan sejak tidak talaqqi bersama beliau. Aku mengusahakan membaca sebaik yang aku mampu. Semoga hasilnya baik.
Dan tibalah waktu yang tak ingin aku alami sebenarnya, yakni penutupan kelas tahsin Dauma sekaligus wisuda. Semua wisudawati dipanggil namanya satu per satu. Di akhir sesi ada penghargaan untuk wisudawati yang berprestasi. Dalam hati, aku takjub pada para nama yang dipanggil karena prestasinya. Masya Allah, amat keras perjuangan mereka untuk Istiqomah dan terus berlatih. Dan di akhir sesi, ternyata ada namaku juga dipanggil. Masya Allah, hatiku tak percaya sama sekali. Aku ada diantara orang orang hebat itu ternyata. Hadza min Fadhli robbii.. semoga hal ini menjadi awal dari perjuanganku selanjutnya bersama Al Qur'an. Aamiin
Sabtu, 16 Maret 2024
Cerita Ramadhan Keempat
Setelah mendapatkan berbagai kemudahan di awal ramadhan, hingga bis mengkhatamkan Al Qur'an dalam waktu dua hari, tibalah giliran ujian yang hadir menemani. Mulai dari ujian berupa mengantuk saat membaca, anak anak sakit, sampai gagal tarawih karena tertidur saat menemani anak anak.
Ya, setan punya banyak cara untuk melalaikan manusia. Apalagi ketika sedang sholat. Saat anak anak tertidur, niat hati ingin melaksanakan sholat sambil membaca mushaf shalat. Alhamdulillah beberapa halaman awal lancar dibaca tanpa hambatan. Tapi entah di ayat ke berapa, tiba-tiba ada lintasan di pikiranku. Tergambar seorang teman di komplek yang baru saja menikah, bagaimana ya kabar dia selanjutnya? Astaghfirullah pikiranku langsung berontak ingin kembali fokus pada bacaan. Aku berusaha memahami ayat yang sedang kubaca. Berhasil, 1 halaman aku menangis saat tadabbur maknanya. Tapi selang berapa detik hadir lagi bisikan yang lain. Tiba tiba kepikiran mau membelikan buku apa ya untuk menemani buka puasa anakku?
Subhanallah wastaghfirullah..
Padahal lisan masih membaca ayat ayat Al Qur'an. Namun, karena sedikitnya pemahaman akan ayat yang dibaca, selalu terdistrak dengan bisikan bisikan yang hadir di pikiran. Inilah wujud asli waswaasil khonnas, alladzi yuwaswisu fii shuduurinnaas. Setan yang membisikan keburukan pada hati manusia.
Saat itu benakku berperang. "Aku ingin khusyuk ya Allah, kembalikan aku supaya bisa menikmati bacaanku lagi." Di sisi lain hadir lagi pikiran, aku harus menuliskan pengalaman ini nanti di blog. Aku lawan lagi kala bacaan sampai ke ayat tentang doa-doa di akhir surat Ali imran. Ku ulang doa doa itu. Hingga masuk ke hati, hingga aku bisa menangis karena doa itu. Sesaat aku merasa sudah menang melawan bisikan syetan. Tapi ternyata tidak!
Godaan yang pamungkas pun datang. Di luar terdengar suara tukang koran yang setiap hari ke rumah. Ia mengayuh sepeda di tengah hujan deras, lalu memanggil dengan sapaan khasnya, "Permisi, koran!". Sontak aku ingat, koran yang kemarin diantar belum kubayar karena diantar saat aku sedang keluar rumah. Astaghfirullah, dengan berat hati akhirnya kubatalkan sholatku, lalu menghampiri bapak penjual koran dan menyerahkan uangnya.
Setelah itu, aku berniat melanjutkan sholat dan bacaanku lagi. Tapi ternyata tak bisa karena anak anak terbangun dan minta ditemani. Astaghfirullah. Saat itu aku merasa benar benar kalah. Namun, aku bersyukur karena Allah memberikan aku pengalaman yang sangat berharga pagi ini. Pemahaman bahwa setan itu akan selalu mengganggu manusia dengan segala daya upayanya. Sementara manusia, daya upaya yang sudah dia usahakan? Allah sudah menyiapkan benteng perlindungan berupa dzikir. Apakah sudah di rutinkan? Allah sudah memerintahkan untuk bertadabbur ayat ayatnya, apakah sudah dilaksanakan? Sungguh masih sangat jauh diri ini menuju kesana.
Ya Allah, aku berlindung dari godaan syetan yang terkutuk. Izinkan aku untuk bisa melanjutkan sholat dhuhaku kembali ya Allah, agar aku bisa membaca kalamMu dengan kondisi paling khusyuk yang bisa kuupayakan. Laa haula wa laa quwwata Illaa billah.