Jumat, 19 Mei 2023

Zona 2 Hari ke 10 Komunikasi Produktif

 Latihan hari ini bersama anak anak aku mencoba menerapkan Reflective Listening. Caranya adalah dengan mengulangi kembali apa yang dikatakan anak dengan menggunakan kata kata yang berbeda. 


Manfaat dari jenis komunikasi ini adalah memberi ruang bagi anak untuk mengekspresikan emosinya tanpa menghakimi. 


Anakku bercerita tentang game yang baru saja ia mainkan. Matanya berbinar saat menceritakannya. Sementara aku menyimaknya sebenarnya dengan perasaan kurang antusias. 


Tapi demi melatih komunikasi ini aku coba menggali bagaimanna perasaannya. Dan ia terus bercerita tanpa henti karena memang game itu sedang ia senangi. 


Sepertinya aku harus terus bannyak berlatih pola komunikasi ini. Karena topik Yanng anakku bicarakan bukan yg aku senangi jadi aku harus tetap menyimak dengan baik apa yang ia sampaikan.


Semoga. Ke depan nya latihan ini akan terus berproses jadi lebih baik. Amin. 

Kamis, 18 Mei 2023

Zona 2 Hari ke 9 Komunikasi Produktif

KISS (Keep It Short and Simple) jadi bahan latihanku bersama anakku hari ini. Ya, karena seorang wanita itu Corpus colloseumnya tebal, dia jadi bisa melakukan hal yang multitasking. Termasuk dalam bicara. Kalimat kalimat panjang mendominasi. Kalau mau meminta tolong seringkali sekaligus disampaikan. Dan ini masih jadi kebiasaanku juga pada anak anak. 


Kali ini aku mencoba menerapkan KISS. Aku meminta anakku untuk merapikan bukunya. Fokus pada satu instruksi sampai ia selesai. Setelah selesai, lanjut instruksi menyiapkan perlengkapan untuk esok. Aku menunggu hingga ia selesai. Setelah rampung, aku mengajak ia murojaah untuk persiapan tasmi 1 juz pekan depan. Dan ia pun melakukannya tanpa drama. 


Alhamdulillah, ternyata memang instruksi yang singkat, padat, jelas lebih dapat diterima dibanding dengan pesan yang panjang. Dampaknya pada anak juga ia tidak kebingungan dengan urutan instruknya karena dikerjakan satu persatu bergantian. 


Semoga latihan hari ini semakin membuat komunikasi kami semakin produktif. 

Rabu, 17 Mei 2023

Zona 2 Hari ke 8 Komunikasi Produktif

Hari ini sepertinya latihan dengan suami belum bisa via percakapan langsung seperti biasa. Karena suami berangkat pagi dan pulang  larut malam. Maka latihan disiasati dengan menggunakan telpon.


Bicara lewat telpon di sore hari terasa lebih ceria. Mungkin karena suami masih fit dan suasana di kantor pun fresh dan sejuk. 


Beda halnya kalau bicara di rumah. Wajahnya pria katanya cenderung datang, kata dr. Aisah Dahlan. Ya, kalau di rumah memang kadang suami di gelayuti terus sama anak anak sehingga lebih cepat lelah. 



Selasa, 16 Mei 2023

Zona 2 Hari 7 Komunikasi Produktif : Menjaga Kontak Mata

 Perihal renovasi rumah agaknya menjadi topik utama perbincangan aku dan suami dua pekan ini. Diskusi sana sini, menentukan desain, menentukan warna cat, memilih bentuk taman, dan lain lain kadang membuat adanya perselisihan kecil antara kami. 


Untuk menghindarinya, aku mencoba untuk berbicara dengann menjaga kontak mata, sambil melihat bagaimana gesture suami jika kami sedang diskusi tentang rumah. 


Untuk latihan yang satu ini, aku merasa agak kesulitan. Karena aku sendiri tak bisa menatap mata seseorang dengan durasi yang lama. 


Tapi, saat mencoba melatihnya aku merasakan sesuatu yang berbeda. Aku lebih merasakan apa yang hendak disampaikan suami. Bisa melihat ekspresinya, antusiasnya, ataupun ketidaksetujuannya.


Ya, aku masih harus banyak berlatih untuk hal ini. Semoga esok bisa lebih baik lagi. 

Senin, 15 Mei 2023

Zona 2 hari 6 Komunikasi Produktif

 Hari ini mayoritas anggota keluarga sakit batuk, pilek, dan radang. Hal ini membuat komunikasiku dengan anak anak kurang berjalann lancar. 


Sejak pagi, aku mengajak anak kedua untuk bermain ayunan di taman komplek. Namun, karena ada ada pekerjaan yang mendadak harus dilakukan, kami batal pergi ke taman. 


Siang hari, ternyata ia masih mengingat janji ke taman. Ia merengek ingin ke taman. Aku yang sednag tidak enak badan belum bisa memenuhi keinginannya. Ia pun karena sedang batuk pilek jadi meminta dengan rewel. 


Karena aku lemas, jadi coba kualihkan dengan melihat ayunann di buku. Dia masih tetap kukuh ingin ke taman. sementara aku semakin lemas dan ngantuk saat itu, jadi terpaksa aku bujuk ia untuk menonton ayunan saja d#i YouTube kids, agar aku bisa terlelap sebentar. 


Aku setting timer di aplikasi itu, lalu memilih program yang akan ditonton. Ia pun hanyut dalam tayangan itu. 


Latihan komunikasi hari ini tidak berjalan baik. Esok harus kuperbaiki agar tidak #mengulang kesalahan hari ini. 



Minggu, 14 Mei 2023

Zona 2 Hari 5 Komunikasi Produktif : Pahami Dulu Agar Kelak Dipahami

Hari ini aku minta jemput suami di lokasi acara walimah. Aku share lokasi via WhatsApp pada suamiku agar ia mudah saat menjemputku. 


Beberapa waktu kemudian, suami menelpon dimana persisnya lokasi penjemputannya. Aku katakan di komplek A. Ternyata suami malah berada di komplek B, yang berada di desa lain karena mengikuti map yang aku kirim. 


Saat itu ingin rasanya aku membela diri, karena merasa sudah tepat saat mengirim map. Tapi, aku tahan pembelaanku, karena aku yakin suami pasti cape dan kesal karena terbawa lumayan jauh dari lokasi jemput yang seharusnya. 


Serentetan pembelaan yang aku siapkan aku ubah menjadi 1 kata. Maaf. Aku akan kirim ulang mapnya lagi dan semoga tidak mengarahkan ke tempat yang salah lagi. Aku pun melengkapi map dengan alamat lengkap lokasi jemput dan ciri ciri yang jelas agar lebih mudah dijangkau. 


Beberapa kemudian suami pun tiba. Kulihat raut wajahnya, seperti yang kuduga. Ia masih kesal. Aku minta maaf dan berterimakasih karena ia sudah berusaha kesini. 


Di motor kami pun kami berbincang, meski tanpa kontak mata, tapi suasana sudah mulai mencair. Semoga kekesalannya juga sudah reda ya. 


Dari kondisi tadi aku sadar bahwa kita harus banyak memahami terlebih dahulu agar bisa dipahami oleh orang lain. Ketika kita mampu menurunkan ego, kita akan mampu mengeluarkan kata maaf dengan tulus, sehingga maknanya bisa sampai ke hati kawan bicara. 


Andaikata saat itu saya melakukan pembelaan, tentu suami akan semakin kesal, dan kekesalan itu bisa jadi akan terbawa sampai rumah dan mengganggu komunikasi kami di rumah. Padahal ada anak anak yang akan merasakan suasana tak itu kelak. 


Latihan hari ini cukup membuat aku bahagia. Semoga esok aku bisa melatih terus poin poin komunikasi produktif yang lain dengan orang orang terdekatku sehingga kami bisa mencapai kesepahaman dalam berkomunikasi. 

Sabtu, 13 Mei 2023

Zona 2 Hari 4 Komunikasi Produktif: Choose the Right Time

 Waktu yang tepat untuk aku dan suami berdialog adalah saat kami rileks berada di luar rumah. Seperti tadi, kami berjalan jalan pagi, banyak hal yang aku bicarakan kepada suami. Terkait kondisi anak anak, rekap kondisi rumah selama sepekan, kondisi keluarga saudara dan kerabat, serta, serta rencana kami untuk rumah yang sedang dalam masa perbaikan sana sini. 


Karena bicara sambil berjalan jadi poin eye contact tidak terlaksana. Namun pembicaraan tetap terasa hangat karena suasana yang terbangun amat rileks. Beda halnya jika bicara di rumah, kami jarang mendapat momen yang bisa membuat kami bicara panjang lebar selama itu. 


Untuk proses hari ini aku rasa masih perlu perbaikan. Semoga ke depannya meskipun di rumah aku tetap bisa membuat momen berbincang dengan suami serileks pagi ini. 

Jumat, 12 Mei 2023

Zona 2 Hari 3 Komunikasi Produktif : Fokus Pada Solusi

 Hari ini cukup melelahkan. Ada tukang di rumah menguras pikiran dan tenaga. Belum lagi aku ada jadwal berkunjung ke sekolah anakku yang pertama. 


Kelelahan fisik dan emosi membuat aku berkomunikasi dengan buruk pada anak anak. Ketika mereka melakukan hal yang bising sedikit saja, aku langsung bereaksi. Beberapa reaksi masih bisa dikendalikan. Tapi ada juga beberapa yang sama sekali belum produktif. 


Aku sepertinya banyak fokus pada masalah saat bicara pada si sulung. Banyak mengungkit kesalahan ia yang sudah terjadi di masa lalu. 


"Abang, makanya jangan dibiasakan begitu sama adik, jadi terbawa kebiasaannya ke sekolah." 


"Abang, lain bajunya selalu ngga digantung kalau sedang ganti." 


"Abang, piring kotornya jangan di biarkan terus, nanti kebiasaan." 


Dan banyak lagi perkataan aku yang sangat tidak produktif. 


Maka tadi malam aku coba latihan poin komunikasi fokus pada solusi.


 "Abang, supaya bisa rukun samaa adik, apa yang harus dilakukan ya?" 


Aku juga latihan banyak mengapresiasi kebaikan yang terlihat dari si sulung. Agar ia tahu bahwa hal baik yang dilakukan akan membuat sekeliling bahagia. 


"Terimakasih sudah mengambilkan adik minum."


"Barakallah Abang sudah murojaah hari ini." 


"Alhamdulillah, berhasil duduk anteng saat murojaah dan tilawah tadi." 


Menurutku, apa yang aku latih hari ini masih belum baik. Aku harus banyak latihan lagi dalam berkomunikasi dengan anakku yang sedang dalam masa tamyiz ini. 


Bismillah semoga dimudahkan. 

Kamis, 11 Mei 2023

Zona 2 Hari 2 Memberikan Pilihan

 Catatan Hari ke 2 Zona 2

Komunikasi Produktif


Putra sulungku saat ini sudah memasuki masa tamyiz. Kami sedang melatih ia untuk melaksanakan shalat 5 waktu. Kadang ia bersemangat shalat di masjid di waktu Maghrib dan Isya. Namun, saat ashar ia seringkali masih lelah habis sekolah dan masih ingin main.

Hari ini, ia belum shalat ashar, padahal sudah hampir jam 16.30. Aku mencoba memberi instruksi yang jelas menggunakan kaidah KISS (Keep it short and simple).

"Abang, ayo segera shalat ashar."

Namun ia masih sibuk dengan aktivitasnya. Alih alih shalat ia# malah menyeduh teh manis karena kehausan.

Aku mengganti strategi #komunikasi.

"Abang, mau shalat ashar berapa menit lagi?"

Ia pun menjawab, "5 menit lagi Umi kalau tehku sudah habis."

"Laksanakan ya Bang, waktu ashar hampir habis."

Akhirnya, saat tehnya habis, ia pun bergegas shalat.

Sebelum belajar komunikasi produktif aku selalu senewen kalau saat adzan ia tak segera ke masjid. Tapi aku berkaca, aku saat seusianya dulu juga begitu. Mumpung masih tahap latihan, biarlah ia berproses dulu, pikirku.

Dulu aku sering menyindir kalau ia belum shalat. "Abang kok ngga ke masjid?", "Abang denger azan ngga sih?", "Abang kenapa masih di rumah?", "Abang, itu temennya udah pada ke masjid lho." Dan semua perkataan itu tidak spesifik ternyata jadi tidak bisa menggerakkan ia untuk ke masjid.

Dengan mengganti kalimat perintah menjadi pilihan, ternyata anak menjadi punya ruang untuk bisa mengambil keputusan tanpa terkekang oleh perintah.

Jadi, aku akan terus melatih komunikasi ini pada anak anak agar pesan yang kusampaikan bisa dipahami anak anak.

Rabu, 10 Mei 2023

Zona 2 Hari 1 Komunikasi Produktif : Menjaga Kontak Mata

 Hari ini aku dan suami menuju ke rumah sakit untuk memenuhi jadwal periksa kandungan rutin. Sesampainya di rumah sakit, antrianku masih menunggu 3 orang lagi. Aku dan suami pun menunggu di salah satu sofa sambil melakukan aktivitas masing-masing. 


Suami sesekali melakukan telpon dengan rekan kerjanya, karena dia cuti. Aku membaca novel via tab. Tiba tiba terdengar namaku dipanggil. Aku kaget karena giliranku masih jauh. Ruangan dokter kandungan pun masih terisi pasien. Oh, ternyata yang memanggil adalah bidan jaga di yang biasa disebut PMO. 

Aku dan suami bergegas menuju bidan tersebut. Ia menanyakan tentang rencana persalinanku. Aku jawab aku akan melahirkan di bidan. Lalu ia bertanya mengapa tidak di rumah sakit, mengingat kehamilanku adalah kehamilan resiko tinggi dan aku pun tidak memiliki kendala dengan biaya karena ada asuransi. Bidan juga memaparkan sejumlah resiko jika aku memilih melahirkan di bidan.

Setelah panjang lebar menyimak saran bidan, aku hanya tersenyum, lalu berpandangan dengan suamiku lalu menjawab bidan dengan kata-kata singkat, "baik, akan saya diskusikan dulu dengan suami ya Bu, nanti kami kabari lagi". Bidan pun menerima dan kami mengakhiri sesi pembicaraan itu.

Aku dan suami kembali ke tempat duduk kami. Baiklah, ini adalah momen yang tepat untuk berlatih komunikasi produktif yang baru saja aku dapatkan tadi. 

"Aku tidak nyaman dengan ucapan bidan tadi. " Ucapku singkat. 

"Kalau ada pasangan lain yang belum belajar, lalu ditakut takuti dengan segala resiko, Mereka pasti langsung down." Lanjutku. 

Tadinya aku mau menjaga kalimatku agar singkat singkat saja, tapi ternyata aku tak sabar menumpahkan unek-unekku pada suami, jadi aku mengandalkan kontak mata dalam komunikasi ini.

Suami menjawab, "Ya, kenapa mereka lebih memaparkan segala resiko?" 

"Iya, dan itu membuat aku merasa terpojok dan tertekan. Jleb sekali di hati." Ucapku

Suami melanjutkan, seharusnya mereka lebih menwarkan benefit jika melahirkan di RS, bukan menakuti seperti itu."

"Itulah mengapa aku tadi bilang akan diskusi dulu sama Abi. Nanti kalau ditanya lagi kenapa kita tidak reservasi di RS, aku akan jawab kami berencana akan melahirkan di tempat orangtua ya. Bagaimana?" Aku masih menjaga kontak mata, melihat bagaimana reaksi suami. 

"Iya, sebaiknya jawab begitu saja." 

Kami pun bersepakat dengan jawaban kami,jika nanti bidan menanyakan kembali hasil keputusan kami. Dari momen ini, aku belajar untuk mengutarakan perasaanku pada suami. Bahwa aku tidak nyaman diperlakukan begitu. Aku mengajukan solusi dan meminta persetujuan suami dengan menjaga kontak mata agar aku bisa melihat bagaimana respon dan gesture suami. 

Alhamdulillah, latihan komunikasi produktif antara aku dan suami berhasil kami lakukan. Berlatih menjaga kontak mata saat berkomunikasi membuat aku juga harus menyiapkan mental karena tak jarang suami berkomunikasi sambil memandang ke gagdetnya. Ya, itu bisa aku pahami karena dari buku yang kubaca, tatapan pria itu saat berbicara tidak akan lama. 

Besok aku akan berlatih poin komunikasi selanjutnya. Dengan belajar komunikasi produktif ini, Alhamdulillah aku perlahan bisa mengubah pola pola komunikasi ku yang sebelumnya keliru. Selamat berlatih untuk hari esok. Semoga dimudahkan.