Malam ini kami mengunjungi alun-alun kota Sumedang. Lokasinya dekat dengan rumah tempat kami menginap. Jika memakai mobil, hanya memakan waktu kurang lebih 15 menit. Selama perjalanan kami tidak menemukan kemacetan. Kendaraan tidak terlalu padat. Penjual kaki lima pun tidak terlalu ramai hingga memenuhi bahu jalan. Trotoar difungsikan sebagaimana mestinya sehingga nyaman untuk pejalan kaki. Keberadaan Mall besar pun tidak ada. Meskipun begitu, pusat perbelanjaan tetap tersedia namun dengan tampilan bangunan yang bersahaja.
Suamiku yang lebih tahu tentang Sumedang menjelaskan beberapa lokasi yang pernah ia kunjungi. Anak-anak menyimak dengan antusias. Anakku yang kedua (Kakak) sibuk memperingatkan abinya jika ada lampu lalu lintas yang berwarna merah. Sementara itu anakku yang pertama (Abang) sibuk memamerkan anektdot-anekdot yang ia dapatkan dari buku kepada kami.
Di area Alun-alun, kami berkeliling sebentar melihat keadaan. Di sana ada masjid agung yang cukup luas. Jika malam terlihat gemerlap karena bagian atapnya dihiasi lampu LED. Ada pusat perkantoran diantara kantor DPRD Sumedang, ada beberapa sekolah, museum, mal pelayanan publik, dan tak lupa di tengah alun-alun ada prasasti kota Sumedang. Jajanan dan permainan anak-anak juga ikut meramaikan suasana malam di alun-alun. Tentu saja itu sangat menarik bagi anak-anak.
Begitu melihat ada mainan mobil aku, Kakak langsung meminta izin untuk menaikinya. Kami izinkan ia naik, dengan dibekali pemahaman bahwa jika waktunya habis bermainnya berarti sudah cukup. Ia pun mengangguk tanda sudah paham dengan kesepakatannya. Setelah selesai waktu bermainnya, alhamdulilah tidak ada drama. Ia tidak merengek minta tambahan waktu, sesuai dengan komitmennya di awal tadi. Hanya saja ia tiba-tiba menuju ke tengah alun-alun mengikuti sosok seorang bapak yang aku tak sadari sebelumnya. Aku memanggil sambil terus mengikuti, namun dengan langkah yang terbatas karena sambil menggendong si bungsu. Akhirnya ia sampai di tempat yang ia tuju, uang ternyata adalah spot mainan pasir.
Ia kembali meminta izin untuk main. Namun sebelum mengizinkan, aku memberikan pilihan padanya, apakah ia ingin tetap main pasir atau main mobil remot kontrol bersama Abang. Ia memilih tetap bermain pasir. Akhirnya ia pun tenggelam dalam keasyikan bermain pasir bersama teman-teman yang sama-sama bermain disana.
Sesi main pasir pun selesai. Kakak menghampiri Abang yang sedang bermain mobil remote. Tiba-tiba Kakak ingin juga bermain remote. Alhamdulillah Abang meminjamkan giliran mainnya pada Kakak, sampai waktu sewa mobilnya berakhir. Sayangnya Kakak merasa belum puas mainnya sehingga merengek meminta bermain lagi.
Kami pun menjauh dari area bermain, mencari tempat yang sepi untuk meredakan emosi Kakak yang tak ingin berhenti bermain. Aku mengingatkan Kakak dengan kalimat kalimat yang sudah kusiapkan.
"Kak tadi sudah umi tawarkan permainan mobil, Kakak pilihnya main pasir kan?"
"Boleh bermain mobil, tapi di lain waktu ya, hari ini waktu bermain kita semua sudah habis. Sepakat?"
"Tadi Kakak seru sekali naik mobil aki dan main istana pasir. Lain kali kalau kesini lagi baru mencoba remote kontrolnya ya?"
Dengan sedikit dialog, akhirnya Kakak pun mulai tenang dan bisa menerima bahwa jatah mainnya sudah habis. Alhamdulillah drama terlewati dengan tenang dan damai. Di dalam mobil kami kembali berbincang-bincang dengan anak anak. Kami meminta mereka menceritakan keseruan bermain tadi. Kakak dan Abang pun bercerita bergantian dengan menggebu-gebu.
Alhamdulillah, dari pengalaman tadi aku belajar satu hal yaitu harus banyak membriefing anak anak sebelum pergi ke tempat keramaian. Menyepakati kapan waktu bermain, berapa kali batas mereka bisa bermain, permainan apa saja yang bisa dilakukan, hingga arahan untuk saling bermain bersama antara kakak dan Abang. Jika sudah berkomitmen demikian, anak anak akan lebih kooperatif dalam bermain. Andaipun mereka keluar dari batas, orangtua tinggal mengingatkan kembali briefing yang sudah disepakati di awal tadi.
Begitulah, di setiap kesempatan bersama selalu ada celah untuk belajar, mengevaluasi diri, dan berdamai dengan ketidaksesuaian yang ditemukan. Dengan ilmu semua akan lebih menyenangkan untuk dilewati, tanpa perlu berlebihan mengeluarkan emosi negatif.