Senin, 23 Oktober 2023

Undangan

Setiap harinya ada jatah screen untuk anakku, 30 menit durasinya. Namun hari itu Abang bermain melebihi waktu yang ditentukan. Aku memberitahunya bahwa waktu sudah selesai, tapi ia mengulur waktu. Ia masih sangat asyik dengan permainannya. 


Akhirnya aku pun mengajak Kakak dan bayi membaca buku. Buku yang kami baca adalah tentang seorang anak yang merasa takut pada keadaan gelap. Buku ini aslinya berbahasa inggris. Aku membacakannya sesuai teksnya kemudian tak lupa mengartikannya agar anak-anak paham. 


Begitu serunya kami membaca, sampai akhirnya tanpa aku sadari Abang sudah bergabung bersama kami, ikut menyimak di sampingku. Tab sudah tergeletak tidak dimainkan lagi. Akhirnya aku pun melanjutkan membaca, bergantian dengan Abang. Sesekali kami membuka google translate untuk mengetahui cara pengejaan kata yang benar. Abang dan Kakak pun antusias mengikuti pengejaannya. 


Alhamdulillah, aku berhasil menerapkan salah satu tips komunikasi yaitu fokus pada solusi. Alih-alih terus mencereweti Abang untuk berhenti main, aku mencoba mengundang Abang untuk lanjut dengan aktivitas yang lebih asyik. Alhamdulillah, Abang menyambut baik undangan itu. 


Anak-anak memang menemukan kesenangan bermain game di gawai. Namun, saat bermain langsung bersama orangtuanya, ia akan mengalami aneka kesenangan yang luar biasa. Maka sebagai orangtua harus selalu memberi waktu pada anak anak untuk bermain bersama. Itu adalah hak mendasar mereka yang harus kita penuhi. 

Minggu, 22 Oktober 2023

Menjaga Hati

Di tengah padatnya aktivitas hari ini, aku mendengar kabar yang membuat hati terhentak. Salah seorang putri tetanggaku meninggal dunia. Usianya baru 24 tahun. Ia wafat karena ada masalah di kesehatan livernya. Kepergiannya sangat mendadak. Baru tiga pekan ini ia merasakan sakit. Namun, kesehatannya terus menurun, sempat masuk ICU, dan akhirnya Allah berkehendak memanggilnya. 


Ia adalah anak yang amat kalem. Meskipun begitu, ia selalu bersemangat untuk terlibat dalam kegiatan-kegiatan di lingkungan. Setiap ramadhan ia aktif di kegiatan sanlat. Saat Agustus, ia bersedia menjadi panitia dan merancang kegiatan lomba. Ia pun salah satu peserta tahsin remaja yang cukup aktif. Ia juga mengikuti halaqoh pekanan bersama teman-teman seusianya. Di sekolah, kampus, dan tempat kerja ia juga nampaknya sangat aktif. Terlihat dari banyaknya 'testimoni' baik yang disampaikan oleh teman-temannya yang hadir takziah.





Aku dan suamiku serta anak kedua (Kakak) mengikuti proses pemakaman jenazah. Kami tidak bisa ikut menyolatkan karena baru saja sampai dari perjalanan panjang ke Sumedang. Saat bertemu dengan ibunda almarhumah, aku berusaha sekali menahan air mata agar tidak menambah kesedihan ibundanya. Sang ibunda banyak bercerita bagaimana kronologisnya dari sejak awal almarhumah sakit sampai akhirnya wafat. 


Sampai akhirnya ada momen saat teman-teman almarhumah satu persatu berpamitan pada ibundanya. Hampir semua dari mereka pamit sambil menitikkan air mata, seraya mengenalkan diri mereka. Mulai dari teman kantor, bahkan teman di TK semuanya pamit diiringi kesedihan yang tak bisa dibendung. Melihat mereka, aku pun jadi ikut menitikkan air mata. Sungguh aku iri pada almarhumah. Begitu banyak yang sayang pada almarhumah. Setelah prosesi pemakaman selesai, mereka belum beranjak meninggalkan lokasi. Seolah-olah mereka masih belum rela berpisah dengan sahabat terbaik mereka. 


Satu persatu kelompok pentakziah bergantian mendekati makam. Mereka mengabadikan momen terakhir di nisan almarhumah. Ada yang membawa bunga dan air wangi sendiri dan aku melihat mereka menabur serta menuang dengan penuh kesedihan. 


Setelah takziah aku berbincang dengan suamiku. Suamiku bertanya, apa penyebab hati almarhumah mengalami kerusakan secara signifikan. Aku jawab, mungkin karena almarhumah yang cenderung introvert, jadi ia banyak memendam apa yang ia rasakan. Lalu aku berseloroh pada suami, aku ngga akan memendam perasaan padanya tentang apapun yang aku rasakan, supaya emosiku selalu sehat dan tidak mempengaruhi kondisi fisikku. Suamiku menanggapi dengan senyuman, tandanya ia tak keberatan dengan hal itu. Aku menambahkan pada suami agar ia juga bisa lebih mengkomunikasikan apa yang ia rasakan padaku.


Aku rasa, aku memilih waktu yang tepat (choose the right time) untuk berdialog tentang hal itu. Mengingat selama ini kami yang sama sama introvert memang seringkali memendam hal yang kami rasakan. Sejauh ini memang belum ada masalah berarti. Namun, dengan memendam aku khawatir akan terjadi bom waktu jika suatu saat ada pemicu. 


Dari kejadian hari ini, aku belajar banyak untuk selalu menjaga hati dengan baik. Baik itu hati secara fisik, maupun hati dalam artian perasaan. Kondisi hati sangat mempengaruhi kondisi tubuh secara keseluruhan. Aku teringat dengan ucapan Rasullullah tentang hal ini. 


"Diriwayatkan dari an-Nu’man bin Basyir, dia berkata, “Rasulullah bersabda, ‘… Ketahuilah sesungguhnya di dalam jasad itu ada segumpal darah. Apabila dia baik, maka menjadi baik pula semua anggota tubuhnya. Dan apabila rusak, maka menjadi rusak pula semua anggota tubuhnya. Ketahuilah dia itu adalah hati.'” (Muttafaq ‘alaihi)


Semoga allah selalu menguatkanku untuk selalu menjaga hati agar selalu dalam kondisi terbaik.





Sabtu, 21 Oktober 2023

Solusi Itu Amat Dekat

 "Abi, aku mau ke toilet."


Abang melapor dengan setengah berteriak. Kami sedang di jalan tol. Beberapa menit lalu ia sudah menuntaskan hajatnya di rest area terdekat. Namun, karena di dalam mobil ia minum teh, jadi rasa ingin buang air kecil kembali mendera.


"Ini masih di jalan tol Abang. Kita harus cari rest area lagi di depan ya. Sabar, ditahan dulu." Ujarku pada Abang.


"Tapi ngga tahan Umi. Kita bisa ngga keluar tol dulu, terus mampir ke Alfa?" Anakku masih merayu.


Saat itu, ingin sekali aku mengingatkan Abang, supaya lain kali jangan minum teh jika sedang bepergian jauh seperti ini. Tapi semua sudah terjadi. mengatakan hal itu hanya akan menambah Abang jadi semakin kesal dan panik. Disini aku mencoba salah satu teknik komunikasi yaitu fokus pada solusi. 


"Kalau kita keluar tol, bisa jadi kondisinya macet Bang, dan kita belum tahu lokasi Alfa terdekat. Nanti kita malah semakin nyasar sayang. Sabar ya, ini Abi tambah kecepatan, supaya cepat sampai rest area. Abang baca buk dulu aja supaya ngga terlalu fokus sama rasa ingin buang air kecilnya ya."


Dan akhirnya, setelah beberapa kilometer memacu kendaraan, rest area pun kami temukan. Abang langsung menunaikan hajatnya. 


Alhamdulillah, latihan hari ini masih bisa terlaksana walaupun kondisi masih di dalam mobil menuju ke arah Bogor. Semoga besok masih banyak hal yang bisa kutulis sebagai jurnal harianku.


Jumat, 20 Oktober 2023

Drama di Alun-alun Kota Sumedang

Malam ini kami mengunjungi alun-alun kota Sumedang. Lokasinya dekat dengan rumah tempat kami menginap. Jika memakai mobil, hanya memakan waktu kurang lebih 15 menit. Selama perjalanan kami tidak menemukan kemacetan. Kendaraan tidak terlalu padat. Penjual kaki lima pun tidak terlalu ramai hingga memenuhi bahu jalan. Trotoar difungsikan sebagaimana mestinya sehingga nyaman untuk pejalan kaki. Keberadaan Mall besar pun tidak ada. Meskipun begitu, pusat perbelanjaan tetap tersedia namun dengan tampilan bangunan yang bersahaja. 


Suamiku yang lebih tahu tentang Sumedang menjelaskan beberapa lokasi yang pernah ia kunjungi. Anak-anak menyimak dengan antusias. Anakku yang kedua (Kakak) sibuk memperingatkan abinya jika ada lampu lalu lintas yang berwarna merah. Sementara itu anakku yang pertama (Abang) sibuk memamerkan anektdot-anekdot yang ia dapatkan dari buku kepada kami. 


Di area Alun-alun, kami berkeliling sebentar melihat keadaan. Di sana ada masjid agung yang cukup luas. Jika malam terlihat gemerlap karena bagian atapnya dihiasi lampu LED. Ada pusat perkantoran diantara kantor DPRD Sumedang, ada beberapa sekolah, museum, mal pelayanan publik, dan tak lupa di tengah alun-alun ada prasasti kota Sumedang. Jajanan dan permainan anak-anak juga ikut meramaikan suasana malam di alun-alun. Tentu saja itu sangat menarik bagi anak-anak.


Begitu melihat ada mainan mobil aku, Kakak langsung meminta izin untuk menaikinya. Kami izinkan ia naik, dengan dibekali pemahaman bahwa jika waktunya habis bermainnya berarti sudah cukup. Ia pun mengangguk tanda sudah paham dengan kesepakatannya. Setelah selesai waktu bermainnya, alhamdulilah tidak ada drama. Ia tidak merengek minta tambahan waktu, sesuai dengan komitmennya di awal tadi. Hanya saja ia tiba-tiba menuju ke tengah alun-alun mengikuti sosok seorang bapak yang aku tak sadari sebelumnya. Aku memanggil sambil terus mengikuti, namun dengan langkah yang terbatas karena sambil menggendong si bungsu. Akhirnya ia sampai di tempat yang ia tuju, uang ternyata adalah spot mainan pasir. 


Ia kembali meminta izin untuk main. Namun sebelum mengizinkan, aku memberikan pilihan padanya, apakah ia ingin tetap main pasir atau main mobil remot kontrol bersama Abang. Ia memilih tetap bermain pasir. Akhirnya ia pun tenggelam dalam keasyikan bermain pasir bersama teman-teman yang sama-sama bermain disana. 


Sesi main pasir pun selesai. Kakak menghampiri Abang yang sedang bermain mobil remote. Tiba-tiba Kakak ingin juga bermain remote. Alhamdulillah Abang meminjamkan giliran mainnya pada Kakak, sampai waktu sewa mobilnya berakhir. Sayangnya Kakak merasa belum puas mainnya sehingga merengek meminta bermain lagi. 


Kami pun menjauh dari area bermain, mencari tempat yang sepi untuk meredakan emosi Kakak yang tak ingin berhenti bermain. Aku mengingatkan Kakak dengan kalimat kalimat yang sudah kusiapkan.


"Kak tadi sudah umi tawarkan permainan mobil, Kakak pilihnya main pasir kan?" 


"Boleh bermain mobil, tapi di lain waktu ya, hari ini waktu bermain kita semua sudah habis. Sepakat?"


"Tadi Kakak seru sekali naik mobil aki dan main istana pasir. Lain kali kalau kesini lagi baru mencoba remote kontrolnya ya?"


Dengan sedikit dialog, akhirnya Kakak pun mulai tenang dan bisa menerima bahwa jatah mainnya sudah habis. Alhamdulillah drama terlewati dengan tenang dan damai. Di dalam mobil kami kembali berbincang-bincang dengan anak anak. Kami meminta mereka menceritakan keseruan bermain tadi. Kakak dan Abang pun bercerita bergantian dengan menggebu-gebu. 


Alhamdulillah, dari pengalaman tadi aku belajar satu hal yaitu harus banyak membriefing anak anak sebelum pergi ke tempat keramaian. Menyepakati kapan waktu bermain, berapa kali batas mereka bisa bermain, permainan apa saja yang bisa dilakukan, hingga arahan untuk saling bermain bersama antara kakak dan Abang. Jika sudah berkomitmen demikian, anak anak akan lebih kooperatif dalam bermain. Andaipun mereka keluar dari batas, orangtua tinggal mengingatkan kembali briefing yang sudah disepakati di awal tadi. 


Begitulah, di setiap kesempatan bersama selalu ada celah untuk belajar, mengevaluasi diri, dan berdamai dengan ketidaksesuaian yang ditemukan. Dengan ilmu semua akan lebih menyenangkan untuk dilewati, tanpa perlu berlebihan mengeluarkan emosi negatif. 



Kamis, 19 Oktober 2023

Safar

Alhamdulillah, Allah izinkan hari ini untuk bisa safar ke Sumedang bersama keluarga. Menurutku komunikasi yang efektif saat sedang melakukan perjalanan bersama amatlah penting. Oleh karena itu momen ini adalah momen yang pas untuk mendokumentasikan proses latihan itu.


Tantangan saat bepergian adalah anak anak merengek meminta jatah screen mereka untuk digunakan di mobil. Namun aku teringat perkataan pak Anies Baswedan ketika memberi pesan pada para pemudik, 


"Nah bapak-ibu sekalian, HP ini dipakai untuk komunikasi. Komunikasi ya, begitu perjalanan dimulai HP-nya disimpan baik-baik, jangan dipakai sepanjang jalan,"


"Gunakan perjalanan ini untuk mendongeng pada anak-anak ceritakan perjalanan hidup Bapak-Ibu sekalian kenapa dulu sampai di Jakarta, bagaimana kisahnya berangkat dari kampung dulu,"


"Tunjukan titik sepanjang perjalanan yang menggambarkan keindahan Indonesia tunjukan negeri ini negeri yang indah biar anak-anak kita sepanjang perjalanan memiliki pengalaman"


Berdasarkan pesan itu, aku pun berusaha untuk banyak mengajak dialog anak anak mengenai tempat yang kami lalui sepanjang perjalanan. Alhamdulillah anak-anak menikmati perjalanan dan kami bisa interaktif satu sama lain. 

Rabu, 18 Oktober 2023

Dimengerti

Tatkala diri melakukan kesalahan yang menyebabkan seseorang mengalami kerugian, muncul rasa penyesalan dalam hati. Tak jarang penyesalan itu menjadikan hati semakin menyalahkan diri sendiri. Akhirnya muncullah pengandaian. Andai aku begitu, andai aku begini. 

Di saat seperti itu, hati teramat ingin dimengerti. Diyakinkan bahwa semua akan tetap baik-baik saja. Semua akan pulih kembali seperti semula. Jangan terlalu menyesali dan menyalahkan diri sendiri. Semua sudah terjadi atas izin Allah. 

Namun, jika yang didapat malah sebaliknya. Sungguh yang dirasa oleh hati adalah kekecewaan yang mendalam terhadap diri sendiri, terhadap orang yang menyalahkan, juga terhadap lingkungan sekeliling. Air mata pun tumpah tak terhentikan. Seolah ingin meringankan beban yang memenuhi hati dan kepala. 

Saat air mata tertumpah itulah, ternyata hadir rengkungan yang penuh kehangatan, penghiburan yang menyejukkan, serta permakluman yang melegakan. Air mata yang membasahi akhirnya surut. Berganti dengan hati yang menghangat dan pikiran yang yakin bahwa kesalahan diterima dan telah dimaafkan. 

Dimengerti adalah sesuatu yang amat berharga. Dimengerti menimbulkan perasaan yang luar biasa. Dimengerti menjadikan diri semakin merasa diterima. 

Namun sebelum diri ini dimengerti, maka biasakan diri untuk bisa mengerti orang lain, sebagaimana kita ingin dimengerti. 

Selasa, 17 Oktober 2023

Hari ini suami pergi keluar kota. Membersamai anak-anak jadi lebih menantang tatkala kami sedang LDR seperti ini. Pasalnya, tak ada yang bisa diajak bergantian jika aku sedang membutuhkan space untuk sendiri. Alhamdulillah anak-anak termasuk kategori tenang meskipun hanya bersama Umminya. Mereka justru lebih dewasa dan mandiri di dalam kondisi seperti ini. Hal itu paling aku syukuri. Aku pun bisa meminta bantuan anak anak untuk mengerjakan hal yang membutuhkan bantuan. 

Karakter anak pertamaku adalah fleksibel dan adaptif. Jika abinya tidak ada ia yang bertugas untuk menjaga umi dan adik adiknya. Sore ini Abang harus berlatih untuk persiapan parade tasmi. Sementara rutinitas murojaah dan ziyadahnya pun harus dikerjakan. Ditambah lagi ada tugas dari Ustadz yang harus dituntaskan malam ini.


Sepertinya di dalam pikirannya sudah penuh oleh tugas. Padahal kondisinya dia sudah lelah dan mengantuk. Aku pun memberikan pilihan kepadanya, mau mengerjakan yang mana duluan, nanti aku bantu membangunkan lebih pagi esok untuk melakukan aktivitas yang belum sempat ditunaikan malam ini. Abang pun memilih mengerjakan amanah Al Qur'an ya dulu, yaitu ziyadah dan murojaah. Alasannya karena yang lain bisa menyusul nanti. Akhirnya ia pun melaksanakan amanahnya meskipun terkantuk kantuk. 


Alhamdulillah hari ini teknik komunikasi memberikan pilihan berhasil membimbing Abang untuk melakukan agenda prioritasnya. Setelah selesai murojaah dan ziyadah, rasa kantuknya ternyata malah hilang. Akhirnya Abang malah bisa menuntaskan semua amanahnya keseluruhan. 


Aku berkata padanya,  "inilah berkah Al Qur'an. Abang mendahulukan Al Qur'an, jadi Allah yang mencabut rasa kantuk yang tadi Anang rasakan. Alhamdulillah semuanya jadi sudah tuntas malam ini."



Rabu, 11 Oktober 2023

Jurnal Bunda Sayang Hari Ke 3

Hari ini anak anak berangsur pulih. Namun, secara emosi, mereka masih rapuh dan mudah tantrumnhanya karena hal yang kecil. Seringnya karena ada perselisihan kecil antara anak pertama dan kedua. Akhirnya, anak keduaku sering sekali menangis dan uring-uringan. 


Jika sudah demikian, aku seringkali bertanya dengan penuh tendensi pada anakku yang pertama. Anakku yang pertama menganggap bahwa aku menyalahkannya telah membuat adiknya menangis. 


Akhirnya aku mencoba memahami dulu kondisi mereka. Si kakak yangjuga masih rentan emosinya merasa tersudut setiap kali aku bertanya penyebab adiknya menangis. Lantas, untuk mengatasinya, aku berhenti bertanya pada Kakak. Aku lebih fokus untuk memberikan rasa nyaman untuk keduanya. 


Saat adik menangis aku peluk adik untuk menenangkannya. Lalu aku sampaikan pada Kakak agar ia jangan dulu berinteraksi intens dengan adik karena aduk sedang sensitif. Aku mengarahkan Kakak untuk menyibukkan diri membaca atau bermain dengan adik bayi saja. 


Dengan solusi tersebut, akhirnya tangisan dan perselisihan pun terminimalisir. Aku bersyukur masih bisa menerapkan ilmu dari bunda sayang di saat saat penuh tekanan seperti ini. Semoga, esok kondisi semua anggota keluarga di rumah semakin membaik. 

Sabun Dari Minyak Bekas

Sudah sejak lama aku merasa resah dengan timbunan bekas minyak yang aku kumpulkan sejak dua tahun lalu. Sebelumnya aku berniat untuk menjual minyak tersebut pada pengepul minyak. Mereka memberi harga 6000 perliter. Namun, untuk mengumpulkan 1 liter minyak sisa saja aku membutuhkan waktu yang lama karena aku jarang memasak dengan minyak yang banyak. 

Oleh karena itu, aku mengurungkan niat untuk menjualnya. Hingga kini, aku memiliki 1 dirijen minyak yang masih belum sempat aku olah. Akhirnya suatu hari aku mendapat info ada pelatihan pemanfaatan minyak bekas di Rumah Keluarga Indonesia Tajurhalang. Aku belum berkesempatan hadir. Namun, ada temanku sebagai perwakilan dari desaku yang bisa mengikuti pelatihannya.

Akhirnya aku berencana mengambil ilmu dari pelatihan yang sudah diikuti temanku. Di hari Senin aku menghubunginya dan merencanakan semuanya untuk hari Selasa. Alhamdulillah, temanku bersedia dan terlaksanalah pelatihan pemanfaatan minyak bekas menjadi sabun untuk keperluan mencuci sehari hari. 


Alat dan bahan yang diperlukan untuk membuat sabun minyak bekas ini cukup mudah untuk ditemukan. Bisa juga memanfaatkan barang bekas yang ada di rumah. Syaratnya, barang tersebut sudah tidak boleh digunakan kembali untuk keperluan lain. Khusus untuk pembuatan sabun saja. 

Alat yang disiapkan adalah gelas ukur, teko, wadah plastik, pengocok telur, timbangan, sarung tangan, masker, kacamata, kardus, serta cetakan agar-agar. Sementara itu bahan yang dipakai adalah minyak bekas, bleaching earth, soda api, pewarna dan pewangi.

Cara pengolahan minyak ini tergolong sederhana. Hanya saja butuh kehati-hatian dalam pelaksanaannya. Terutama ketika mencampurkan soda api kedalam air. Pertama-tama kita butuh memproses minyak bekas agar terbebas dari kotoran dan warnanya lebih jernih. Proses ini dilakukan dengan menggunakan bantuan arang atau bisa juga dengan bleaching earth.

Selanjutkan proses pencampuran antara minyak, ditambahkan pewarna, lalu dikocok, ditambahkan pewangi, lalu dikocok lagi, baru ditambahkan larutan soda api dan dikocok lagi hingga konsistensinya mengental. Setelah mengental barulah di tuangkan ke dalam cetakan sabun. 

Setelah dicetak, sabun harus dibiarkan selama minimal dua pekan. Ini dinamakan masa curing. Manfaatnya adalah untuk menghilangkan efek dari soda apinya agar taman digunakan untuk pencucian sehari-hari. 

Sabun ini jika sudah jadi bisa digunakan untuk mencuci barang seperti kerah baju, kaos kaki, lap, noda membandel yang biasanya sulit dibersihkan oleh deterjen pasaran. Beberapa orang yang sudah mencoba sabun ini memberi testimoni bahwa mereka merasa lebih mudah saat mencuci karena pakainnya jadi lebih cepat bersih dari noda.

Sabun berbahan dasar minyak bekas ini adalah salah satu solusi ramah lingkungan dan bisa jadi bernilai ekonomis jika kita mampu mengemasnya dengan baik. Di beberapa daerah banyak ibu-ibu yang sudah memproduksi sabun ini dan dijual ke tetangga sekitar sehingga mereka bisa merasakan kemandirian dari segi ekonomi dengan berbahan minyak bekas ini.






Selasa, 10 Oktober 2023

Jurnal Bunda Sayang Hari Ke-2

Ini adalah hari kedua anak anak sakit. Pagi hari saat bangun, kepalaku sudah penuh dengan rencana aktivitas yang akan aku lakukan sepanjang hari ini. Namun, dengan kondisi anak-anak sakit, aku menyerahkan semua rencanaku pada Allah. Laa Haula wa laa quwwata illaa billah.


Ada agenda di pagi ini yang tak bisa aku batalkan karena menyangkut pertemuan dengan banyak orang. Sementara itu, aku juga memikirkan bagaimana kondisi anak-anak jika aku tinggalkan selama dua jam. Akhirnya aku pun mencoba berkomunikasi dengan suami. Aku memilih waktu yang tepat untuk membujuk beliau agar bersedia cuti dan menemani kedua anak yang sedang sakit. Sementara itu, aku dan satu anak bungsuku akan minta izin untuk tetap melakukan aktivitas di luar.


Aku sebisa mungkin memaparkan alasan mengapa suamiku sebaiknya cuti. Aku ingin membatasi interaksi anak bayi dengan kakak-kakaknya yang sedang sakit. Jadi aku butuh bantuan suami agar bisa melaksanakannya. 


Alhamdulillah , suami bersedia berkorban dan beliau langsung minta izin cuti. Sepanjang hari anak anak yang sakit tenang bersama ayahnya. Sementara aku bisa fokus melaksanakan aktivitas hari itu dan membersamai anak yang sehat. 


Alhamdulillah semua agenda hari ini Allah mudahkan untuk bisa terlaksana dengan baik. Utamanya bantuan suami hari ini sangat membuat aku fokus dalam beraktivitas. Progres kesembuhan anak-anak pun sangat baik. Mungkin mereka bahagia karena bisa sepanjang waktu bersama ayahnya. Jadi hal itu mendorong mereka lebih cepat pulih dibandingkan hari kemarin. 


Alhamdulillah, ilmu komunikasi yang diajarkan di bunda sayang amat sangat bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari. Komunikasi selalu menjadi kunci penting dalam berinteraksi. Jika interaksi baik maka akan melahirkan kebahagiaan dan membuat hari-hari lebih mudah dilalui. 


Terimakasih Allah, Alhamdulillah hari ini terlewati dengan bahagia.

Senin, 09 Oktober 2023

Jurnal Bunda Sayang Hari Ke-1

Qodarullah, anak anakku hari ini sakit semua. Di mulai dari anak pertama yang demam sejak hari Sabtu. Hari Seninnya anak keduaku juga sakit. Dan belakangan aku menyadari bahwa anak ketiga yang masih bayi pun ternyata ikut tertular kakaknya. Ia meler. 


Alhasil hari ini sulung tidak berangkat ke sekolah, karena harus istirahat dan pemulihan. Pada saat saat begini, anak-anak biasanya sulit sekali untuk makan karena tidak nafsu dan mulutnya terasa pahit. Aku pun mencoba segala cara untuk membujuk mereka agar tetap masuk makanan dan minuman. Beberapa menu sudah aku siapkan. Semua kesukaan mereka. Namun mereka belum juga mau menyentuh makanan atau minuman. Mereka hanya ingin tiduran saja sepanjang hari. 


Akhirnya saya melakukan salah satu tips komunikasi produktif agar anak anak mau memasukkan makanan. "Kaka mau makan sekarang atau 5 menit lagi? Makan dan minum walau sedikit ya Kak supaya ngga dehidrasi."


Akhirnya Kakak pun memilih mau makan 5 menit lagi dan aku pun langsung menyiapkan makanan dan minuman. Aku berharap Kakak makan lebih dari 3 suap kali ini. 


Saat makan pun tiba. Sambil Kakak makan, aku menyimak curhatan Kakak, mulai dari perutnya yang terasa mual, lidah pahit, dan beberapa kali ke kamar mandi karena diare. Aku mencoba menghibur. Insya Allah akan segera sembuh, yang terpenting jaga asupan makan dan minum agar tubuh semakin fit.


Semoga Allah kuatkan kami selalu untuk bisa melalui salah satu episode kehidupan ini.