Rabu siang adalah jadwalku untuk mengikuti halaqah tahfizh secara daring. Aku dan teman teman dibimbing oleh seorang Ustadz yang mengelola tanah wakaf di Bogor. Alhamdulillah beliau bersedia menerima setoran hafalan kami di tengah kesibukan beliau mengurus tanah wakaf dan segudang kesibukan lainnya.
Alhamdulillah peserta hari ini yang hadir ada 6 orang. Kamu bergantian membacakan hafalan di hadapan Ustadz. Sesekali Ustadz mengkoreksi bacaan kami yang salah. Biasanya kesalahan yang paling sering terjadi adalah salah harokat, disusul oleh sambungan ayat yang menyasar ke surat atau ayat lain. Ya, begitulah kami, ibu ibu super sibuk yang tengah berjuang dengan Al Quran di tengah keterbatasan. Kesalahan tidak menggugurkan semangat kami. Semoga kami justru semakin kuat di halaqah quran ini.
Aku sendiri Alhamdulillah bisa setoran hafalan dengan kondusif. Anak anak tidur dengan pulas di masjid. Sengaja aku tidak pulang dulu ke rumah karena ingin lebih tenang saat menyetorkan hafalan. Jika di rumah anak anak cenderung rewel dan ingin ditemani. Lain halnya jika di masjid. Suasana yang sejuk, angin yang sepoi sepoi dan area masjid yang luas dan tenang mampu menghipnotis anak anak hingga mereka tidur dengan sangat pulas.
Aku terharu menyimak setoran hafalan teman teman seperjuanganku. Ada yang sedang sakit, namun tetap semangat ziyadah sampai 4 halaman. Ada yang mengaku hanya menyiapkan sedikit hafalan, namun ternyata mampu setoran hingga seperempat juz, ada yang tawadhu mengatakan tahsinnya kurang, tapi ternyata bacaannya luar biasa. Ada juga yang memang menyetorkan 1 halaman, namun aku tahu ia selaku membawa hafalan 1 sehalamannya itu dalam shalatnya yang khusyuk.
Latar belakang mereka pun luar biasa. Rata-rata mereka semua adalah seorang guru, ada juga hang ibu rumah tangga. Secara hitung- hitungan manusia amat sulit mencocokka jadi dengan kesibukan mereka. Tapi alhamdulillah, allah berkenan mempertemukan kami dj halaqah ini dengan waktu yang amat terbatas, berkeliaran dengan agenda lainnya.
Alhamdulillah halaqah kami akhirnya selesai. Di akhir sesi ustadz memberikan pesan bahwasanya tujuan murojaah bukan sekedar untuk melancarkan hafalan. Jika lancar menjadi tujuan maka ayat yang sudah lancar tidak akan kita sentuh untuk dimurojaahi. Tanamkan mindset bahwa murojaah adalah cara kita untuk bersyukur pada Allah karena Allah mengizinkan dan memampukan kita untuk menghafal. Nikmatilah momen komen murajaah kita. Bayangkan ziyadah adalah proses kita menanam benih, dan murojaah adalah hasil panen kita yang harus dinikmati secara perlahan sehingga semua panen habis bergantian kita nikmati.
Pesan lainnya dari Ustadz adalah halaqah Al quran ini berperan sebagai bensin bagi kita yang setiap harinya mengajarkan Al Quran. Maka sudah semestinya kita tidak pernah absen dari halaqah ini, karena begitu bolos sekali maka bensin tidak terisi dan kelak kita akan mengajar kembali dengan kondisi kosong tanpa amunisi. Jangan sampai ham itu terjadi.
Aku terenyuh mendengar nasihat tersebut. Dan semakin terharu ketika salah seorang sahabatku dj halaqah merepotkan nasihat Ustadz. Ia berkata bahwa meskipun hanya mampu menghafal sedikit demi sedikit tapi ia akan berusaha terus 'menanam' lewat proses menghafal ini. Ia berharap bisa 'memanen' kala tiba masanya anak anaknya sudah besar dan Allah izinkan kembali dirinya bisa shalat dengan khusyuk dan lama. Masya Allah, sungguh aku bangga dengan azzamnya untuk mengamalkan surah Al muzzammil ayat terakhir.
Sungguh proses menghafal ini amat berat, namun bukan berarti tak bisa dilakukan. Perlu pengorbanan, perlu perjuangan dan semua itu bisa dilakukan atas kekuatan dari Allah dan atas izinNya kepada kami semua. Doakan kami bisa beristiqomah dengan Al Quran, dan demikian juga dengan teman teman yang membaca.
Barakallahu fiik..