Seingatku di saat kelas 3 SD aku punya diary warna pink bergambar perempuan dan laki-laki berpakaian SMA. Di buku itulah awal mula aku menulis untuk menumpahkan rasa di dalam hari. Tulisan pertamaku bukanlah tulisan yang membahagiakan atau kisah keseharian yang berkesan. Namun kisah yang dahulu amat pilu ketika dirasakan meskipun kini berkesan untuk dikenang.
Ibu dan ayah berpisah. Pada saat itu ibu pulang ke rumah orangtuanya. Sementara aku dan adikku di tinggalkan bersama ayah. Di dalam buku diary itu ada tulisan perpisahan dari ibu. Beliau menulis pesan singkat yang sampai saat ini masih terkenang.
"Maafkan ibu Kak, Ibu harus pergi. Kalau Kakak kangen, suatu saat kita akan ketemu. Sampai saat itu tiba Kakak terus berdoa ya sama Allah. Tuliskan apa yang Kakak rasakan di buku ini. Nanti Ibu baca pas kita ketemu ya."
Sejak saat itu, diary mungilku menjadi tempat pelampiasan rindu pada ibuku. Saat hati dipenuhi kesedihan, air mata dan kata-kata bersatu menjadi amunisi untuk menulis semua yang terasa. Sejak saat itu buku diary menjadi sahabat terdekat selain majalah yang selalu ayah belikan setiap pekannya.
Entah sudah berapa diary, kertas, dan jurnal yang sudah kutulis hingga saat ini. Ada yang masih aku simpan, ada juga yang sudah berubah jadi abu. Yang jelas, diary pertamaku sudah hilang entah kemana setelah menemani hingga masa SMA.
Dari ayah aku ditumbuhkan rasa cinta membaca, namun dari ibu semangat menulis itu muncul. Mereka memiliki andil luar biasa dalam kehidupanku hingga kini. Terima kasih Ayah Ibu.
@30haribercerita #30hbc24 #30hbc2402
Tidak ada komentar:
Posting Komentar