Rabu, 15 Maret 2023

Ucapan Adalah Doa



Memasuki hari kedua tantangan Zona 1, hati semakin teraduk-aduk. Hari ini kami diajak untuk kembali mengenang pengasuhan yang didapat dari orangtua selama bertahun tahun. Kami diajak untuk mengungkapkan kembali kalimat yang paling sering diungkapkan oleh orangtua dan apa yang dirasakan setelah mengingat kalimat-kalimat itu. 





Seketika ingatanku berkelebat ke masa-masa kecil dahulu, dimana suka dan duka bergantian kualami bersama keluarga tersayang. Setidaknya ada beberapa fase di dalam hidupku yang menjadikan aku tumbuh menjadi diriku saat ini. 

Fase pertama adalah yang paling menyenangkan. Masa kecil yang bahagia kualami hingga kelas 2 SD. Kami hidup berkecukupan, keluarga rukun, semua kebutuhan terpenuhi, dan aku dilimpahkan kasih sayang penuh dari kedua orangtua. Di masa ini aku dekat dengan ayah maupun ibu. Ibu yang selalu mengajariku mengaji, mengantar ke TK, SD, maupun sekolah agama. Beliau selalu sabar mengajariku sampai aku alhamdulillah berprestasi di sekolah. Ayah, yang kuingat, selalu memaparkan buku padaku sejak kecil. Dari beliaulah kecintaanku pada buku diwariskan. 

Fase kedua, orangtuaku berpisah. Aku tinggal bersama ayah sejak SD hingga menjelang kelas 2 SMA. Di masa ini aku mengalami berbagai peristiwa yang sangat dinamis. Pembentukan kepribadianku sejatinya banyak dipengaruhi kejadian di masa masa ini. Masa dimana aku pernah jadi anak yang pemurung, pendiam, tak PD, sering menangis, dan sering Tapi seiring waktu, kedewasaan lambat laun menghampiri. Buku bacaan sangat mempengaruhi kehidupan masa remajaku. Kecintaan pada buku membantuku agar tetap berprestasi akademik, meskipun secara pribadi dan sosial aku masih banyak memiliki problem secara mental. 

Fase ketiga, kelas 2 SMA hingga menjelang kuliah. Aku pindah tempat tinggal, kini jadi bersama ibu. Di fase ini aku berubah, dari seorang 'remaja banget' jadi remaja religius karena saat itulah aku kenal dengan rohis. Aku ajdi pribadi baru yang perlahan memahami kondisi yang dulu terjadi padaku serta ayah ibu, mulai bisa memaafkan dan mengambil hikmah atas perceraian keduanya, serta mulai menata diri untuk menjadi lebih dewasa. 

Di tiga fase yang aku paparkan tadi, amat banyak campur tangan Allah yang baru aku sadari ketika aku dewasa. Betapa Allah sayang kepadaku, dengan segala tempaan dan didikan yang ia beri melalui serangkaian ujianNya padaku. Kini, ketika aku memiliki sifat sifat yang belum ideal dalam kepribadian atau pengasuhan, aku tidak menyesali apa yang dulu aku pernah alami. Tapi aku akan mensyukuri semuanya karena dengan itulah aku bisa terus berintrospeksi diri untuk terus menjadi lebih baik. Semua yang aku dapatkan dulu adalah cara Allah untuk kehidupanku selanjutnya. 

Lalu, kata kata apa yang paling teringat hingga saat ini dari kedua orangtuaku? Jujur aku sulit mengingat detailnya. Aku hanya ingat kelebatan peristiwa - peristiwanya di masa lalu, tidak dengan kata-katanya. Jadi setelah aku gali memoriku, aku memilih dua kalimat ini untuk dituangkan ke jurnal Bunda Sayang kali ini. Kalimat kalimat yang lebih dalam sudah aku tulis di buku jurnal pribadi. Aku tumpahkan semua dengan detail agar aku bisa belajar dari semua rasa yang pernah kualami dahulu bersama orangtuaku. 



Seingatku, kedua kalimat itu kudapat di fase yang berbeda. Kalimat dari ibu terjadi di fase pertama saat aku kecil dulu. Namun ternyata kalimat itu menjadi doa yang kini Allah perlihatkan perwujudannya untuk kehidupanku. Karena kalimat sakti itulah sepertinya Allah berkenan menjagaku untuk selalu berada di lingkungan yang dekat dengan Al Qur'an seperti saat ini. Sementara itu, kalimat dari ayah kudapat saat SMP menjelang SMA. Ayah berulang kali menasehati hal yang sama ketika aku mulai melakukan 'kenakalan' remaja kala itu. Hingga saat ini pesan itu masih terus aku upayakan karena aku merasa belum bisa menjadi seperti yang ayah pesankan. Sambil terus berlatih aku juga berusaha menanamkan pada anak-anakku. Alhamdulillah di anak pertama aku agar kesulitan karena ia amat mirip karakternya denganku. Baru Allah tampakkan hasilnya di anak yang kedua. Ia seolah perwujudan dari doa dan pesan ayahku. Begitu disiplin, selalu sadar dengan tahapan, memiliki pola yang sama jika beraktivitas, dan tertib pada urutan. Ya, baru aku sadari ternyata pesan orangtua itu amatlah besar kekuatannya bagi kehidupan seorang anak. 

Aku jadi berefleksi, bagaimana pesan yang selama ini aku sampaikan pada anak anakku sendiri? Apakah banyak pesan positif atau justru lebih banyak yang negatifnya? Apakah aku sudah memberikan doa yang baik atau sedang menjerumuskan anak anakku dengan doa yang buruk? Astaghfirullah.. mengingat begitu hebat efek dari perkataan orangtua lada anaknya, sepertinya aku harus lebih mampu menjaga lisan agar bisa mengeluarkan hanya kata-kata yang baik saja. Dan itu semua semoga bisa aku perbaiki seiring dengan proses perbaikan dirimu sendiri menuju ke arah yang lebih baik. 

Terimakasih Bunda Sayang, yang telah membantu diriku untuk terus berproses. Bu Dekan Lulu yang terus memotivasi dan Bu Nugraheni yang sangat insighful materinya kemarin. Semoga Allah memberikan balasan keberkahan tak terbatas untuk semua kalian berdua dan tim Bunda Sayang dimanapun berada. 

Bahagia sekali rasanya bisa mengalirkan kisah yang sebelumnya tak pernah tuntas aku tuliskan. Akan ku kenang hari ini sebagai bagian dari sejarahku mengenal serta memperbaiki diri. 



Tidak ada komentar:

Posting Komentar